Filsafat Pendidikan, aspek ontologi filsafat pendidikan, aspek
ontologi
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Wikipedia Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Dari pernyataan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau
pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya
supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
- B. PENGERTIAN
FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan yaitu aktifitas pemikiran yang teratur
yang filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan
memadukan proses pendidikan.
Filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan
dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir maupun daya perasaan,
menuju kearah tabiat manusia maka filsafat bisa juga diliartikan sebagai teori
umum pendidikan.
Filsafat pendidikan memilikki perhatian yang terfokus pada
analisa dan penjelasan terhadap problema-problema pendidikan. Hanya saja
sebagai satu bentuk dari filsafat umum mengenai kehidupan, maka ia memilikki
juga upaya profesi mengejar dalam pengembangan posisi filsafat berhubungan
dengan pendidikan dan sekolah. Hampir setiap hari para guru (pengajar)
berhadapan dengan persoalan-persoalan filsafat pendidikan, yang kadang kala
berhadapan langsung dengan guru dalam proses belajar mengajar dan juga masalah
yang sangat pokok yang tidak bersentuhan langsung dengan pendidikan (Ellis,
1986: 111).
Filsafat pendidikan memilikki beberapa sumber yakni:
- Manusia (People) masyarakat kebanyakan mengalami
kesulitan-kesulitan dalam proses pendewasaan atau kematangannya yang mana
mempunyai dampak yang signifikan terhadap sesuatu yang akan di yakini,
terhadap sesuatu yang terjadi.
- Sekolah (school) pengalaman-pengalaman seseorang
kekuatan-kekuatan, jenis sekolah dan guru-guru didalamnya
merupakan-merupakan dari filsafat pendidikan. Sekolah mempengaruhi dan
terus akan mempengaruhi filsafat pendidikan seseorang.
- Seseorang tinggal dan dibesarkan adalah sumber yang
lain dari filsafat pendidikan. Jika sesorang dibesarkan pada masyarakat
yang menempatkan suatu nilai pendidikan yang tinggi hal ini akan
mempengaruhi filsafat pendidikan seseorang.
Menurut sumber-sumber yang disebutkan di muka, merupakan
sumber-sumber primer dari filsafat hidup dan filsafat pendidikan seseorang.
Sumber-sumber ini dan sumber lainnya akan terus mempunyai dampak karena
sesorang tumbuh dan berkembang.
Peranan filsafat pendidikan
Filsafat pendidikan sesuai dengan peranannya merupakan
landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksaan dan pelaksanaan
pendidikan. Dengan demikian hubungan filsafat dan menjadi sedemikian
pentingnya. Karena masalah pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan
manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan
hidup dan kehidupan manusia. Dalam konteks ini, filsafat pendidikan mempunyai
ruang lingkup yang sangat luas , yang menyangkut aspek hidup dan kehidupan
manusia.
- PENGERTIAN ONTOLOGI
- Aspek
Ontologi
Ontologi
berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu tentang yang ada. Sedangkan,
menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara
jasmani maupun secara rohani. Dalam aspek Ontologi diperlukan landasan-landasan
dari sebuah pernyataan-pernyataan dalam sebuah ilmu. Landasan-landasan
itu biasanya kita sebut dengan Metafisika.
Selain
Metafisika juga terdapat sebuah asumsi dalam aspek ontologi ini. Asumsi ini
berguna ketika kita akan mengatasi suatu permasalahan. Dalam asumsi juga
terdapat beberapa paham yang berfungi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
tertentu, yaitu: Determinisme (suatu paham pengetahuan yang sama dengan
empiris), Probablistik (paham ini tidak sama dengan Determinisme, karena paham
ini ditentukan oleh sebuah kejadian terlebih dahulu), Fatalisme (sebuah paham
yang berfungsi sebagai paham penengah antara determinisme dan pilihan bebas),
dan paham pilihan bebas. Setiap ilmuan memiliki asumsi sendiri-sendiri untuk
menanggapi sebuah ilmu dan mereka mempunyai batasan-batasan sendiri untuk
menyikapinya. Apabila kita memakai suatu paham yang salah dan berasumsi yang
salah, maka kita akan memperoleh kesimpulan yang berantakan.
Ontologi sering diidentikkan dengan metafisika yang
juga di sebut dengan Proto-filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat
ketuhanan yang bahasanya adalah Hakekat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab
dan akibat, realita, prima atau Tuhan dengan segala sifatnya, malaikat, relasi
atau segla sesuatu yang ada di bumi dengan tenaga-tenaga yang di langit, wahyu,
akhirat, dosa, neraka, pahala dan surga.
Baik filsafat kuno maupun filsafat modern tentang ontologi
ini menjadi pembahasan utama di bidang filsafat. Sebagimana ontologi adalah
teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realita ialah
mengenai kenyataan, yang selanjutnya menjurus kepada sesuatu kebenaran. Tetapi
realitas pada ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan. Apakaah sesungguhnya
hakekat realitas yang ada ini? Apakah realitas yanng nampak ini? Sesuatu
realita materi saja? Atau adakah sesuatu di balik realita itu? Serta apakah
realita ini terdiri dari satu untuk unsur (monisme), kedua unsur (dualisme)
atau serba banyak (pluralisme). Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan
metafisika atau ontologi. Sesuatu perwujudan menampakkan diri sebagai satu
tubuh, satu eksistensi dan mewujudkan keseluruhan suatu sifatnya dan yang utama
dari perwujudan itu adalah eksistensinya. Eksistensi suatu realita itu adalah
fundamental atau esensial.
Bramel meenjelaskan bahwa interpretasi tentang suatu realita
itu dapat bervariasi, misalnya apakah bentuk dari suatu meja, pasti
setiap orang berbeda-beda pendapat tentang bentuknya, tetapi jika ditanyakan
bahannya pastilah meja itu substansi dengan kualitas materi. Inilah yang
ddimaksud dari setiap orang bahwa meja itu suatu realita yang konkrit.
Jadi realitas yang dibahas pada ontologi ini dipergunakan
untuk membedakan apa yang hanya nampaknya saja atau nyata, sebagai contoh,
sebuah tongkat yang lurus, menurut perasaan kita masih lurus bila diceburkan ke
air menurut penglihatan tongkat itu bengkok dan setelah diangkat tongkatnya itu
kembali lurus.
Untuk mengetahui realita semesta ini di dalam ruang lingkup
ontologi secara jelas, di sini dibedakan antara metafisika dan kosmologi:
1. Ontologi, secara etimologi yang berarti di
balik atau di belakang fisika makna yang diselidiki adalah hahehat realita
menjangkau sesuatu di balik realita karena metafisika ingin mengerti
sedalam-dalamnya.
2. Kosmologi tentang realita. Kosmos yakni
tentang keseluruhan sistem semesta raya dan kosmologi terbatas pada realita
yang lebih nyata dalam arti alam fisika yang material dalam memperkaya
kepribadian manusia di dunia tidaklah di alam raya dan isinya. Dalam arti
sebagai pengalaman sehari-hari akan tetapi suatu yang luas, realita visi
spiritual yang tetap dinamis.
D. PANDANGAN ONTOLOGI MENURUT BEBERAPA ALIRAN
1. PANDANGAN ONTOLOGI PROGRESSIVISME
Asal hereby atau asal keduniawian, adanya kehidupan realita
yang amat luas tidak terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan
dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atau segala
sesuatu,pengalaman manusia tentang penderitaan, kesedihan, kegembiraan,
keindahan dan lain-lain adalah realita manusia hidup sampai mati. Pengalaman
adalah suatu sumber evolusi maju setapak demi setapak mulai dari yang
mudah-mudah menerobos kepada yang sulit-sulit (Proses perkembangan yang lama).
Pengalaman adalah perjuangan sebab hidup adalah tindakan dan
perubahan – perubahan. Manusia akan tetap hidup berkembang jika ia mampu
mengatasi perjuangan , perubahan dan berani bertindak.
Aplikasi pandangan ini terhadap pendidikan adalah pada saat
proses pembelajaran agar anak dapat memahami apa yang dipelajari, mereka harus
mengalami secara langsung. Untuk mendapatkan pengalaman secara langsung anak
dapat diajak untuk melakukan berbagai kegiatan misalnya, eksperimen,
pengamatan, diskusi kelompok, observasi, wawancara, bermain peran dan
lain-lain.
2. PANDANGAN ONTOLOGI ESSENSIALISME
Essensialisme adalah pendiddikan yang didasarkan
kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban manusia.
Essensialisme memandang bahwa pendidikan berpijak pada nilai-nilai yang memilikki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kesetabilan dan nilai-nilai terpilih
yang mempunyai tata yang jelas. (Zuhairini, 1991: 21).
Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu
konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya
dengan tiada ada pula. Pendapat ini berarti bahwa bagaimana bentuk, sifat,
kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada.
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi
bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan,
kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum
sekolah bagi esenisalisme semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai
ukuran kenyataan, kebenaran dan keagungan. Maka dalam sejarah perkembangannya,
kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola idealisme, realisme dan
sebagainya.
Adapun uraian mengenai realisme dan idealisme ialah:
- Realisme yang mendukung esensialisme yang disebut
realisme obyektif karena mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam
serta tcmpat manusia di dalamnya. Ilmu pengetahuan yang mempengaruhi
aliran realisme dapat dilihat dari fisika dan ilmu-ilmu lain yang sejenis
dapat dipelajari bahwa tiap aspek dari alam fisika dapat dipahami
berdasarkan adanya tata yang jalan khusus. Dengan demikian berarti bahwa
suatu kejadian yang paling sederhana pun dapat ditafsirkan menurut hukum
alam di antaranya daya tarik bumi. Sedangkan oleh ilmu-ilmu lain
dikembangkanlah teori mekanisme, dan dunia itu ada dan terbangun atas
dasar sebab akibat, tarikan dan tekanan mesin yang sangat besar.
- ldealisme obyektif mempunyai pandangan kosmis yang
lebih optimis dibandingkan dengan realisme obyektif. Maksudnya adalah
bahwa pandangan-pandangannya bersifat menyeluruh yang boleh dikatakan
meliputi segala sesuatu. Dengan landasan pikiran bahwa totalitas dalam alam
semesta ini pada hakikatnya adalah jiwa atau spirit, idealisme menetapkan
suatu pendirian bahwa segala sesuatu yang ada ini adalah nyata.
Hegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan
dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Sebuah
penerapan yang dapat dijadikan contoh mengenai sintesa ini adalah pada teori
sejarah. Hegel mengatakan bahwa tiap tingkat kelanjutan, yang dikuasai oleh
hukum-hukum yang sejenis. Hegel mengemukakan pula bahwa sejarah adalah
manifestasi dari berpikirnya Tuhan. Tuhan berpikir dan mengadakan ekspresi
mengenai pengaturan yang dinamis mengenai dunia dan semuanya nyata dalam arti
spiritual. Oleh karena Tuhan adalah sumber dari gerak, maka ekspresi berpikir
juga merupakan gerak.
Aplikasinya dalam setiap kegiatan belajar mengajar guru
diselipkan Nilai-nilai keagamaan antara lain saat sebelum dan sesudah pelajaran
berlangsung dilakukan berdo’a bersama menurut agama dan kepercayaan
masing-masing. Contoh lainnya adalah pada pelajaran PKn pada bahasan saling
menghormati diberikan juga pengetahuan untuk menghormati keberadaan pemeluk
agama lain.
3. PANDANGAN ONTOLOGI PERENNIALISME
Perennialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali
atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perennialisme memberikan sumbangan
yang berpengaruh baik teori maupun praktek bagi kebudayaan dan pendidikan jaman
sekarang. (Noor syam, 1986: 296).
Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis
diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk
mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar
yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal
dan teruji ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak
mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan
tangguh.
Jelaslah bila dikatakan bahwa pendidikan yang ada sekarang
ini perlu kembali kepada masa lampau, karena dengan mengembalikan keadaan masa
lampau ini, kebudayaan yang dianggap krisis ini dapat teratasi melalui
perenialisme karena ia dapat mengarahkan pusat perhatiannya pada pendidikan
zaman dahulu dengan sekarang.
Dari pendapat ini sangatlah tepat jika dikatakan bahwa
perenialisme memandang pendidikan itu sebagai jalan kembali yaitu sebagai suatu
proses mengembalikan kebudayaan sekarang (zaman modern) ini terutama pendidikan
zaman sekarang ini perlu dikembalikan kemasa lampau.
Ontologi perennialisme terdiri dari pengertian-pengertian
seperti benda individual, esensi, aksiden dan substansi . perennialisme
membedakan suatu realita dalam aspek-aspek perwujudan menurut istilah
ini.
Segala yang ada di alam ini terdiri dari materi dan bentuk
atau badan dan jiwa yang disebut dengan substansi, bila dihubungkan dengan
manusia maka manusia itu adalah potensialitas yang didalam hidupnya tidak
jarang dikuasai oleh sifat eksistensi keduniaan tidak jarang pula dimilikkinya
akal, perasaan dan kemauannya semua ini dapat diatasi. Maka dengan suasana ini
manusia dapat bergerak menuju tujuan (teologis) dalam hal ini untuk mendekatkan
diri pada supernatural (tuhan) yang merupakan pencipta manusia itu sendiri dan
merupakan tujuan akhir.
Contoh nyata penerapan pandangan ini terhadap pendidikan
awalnya
4. PANDANGAAN ONTOLOGI REKONSTRUKSIONISME
Dengan ontologi, dapat diterangkan bagaimana hakikat dari
segala sesuatu. Aliran rekonstruksionalisme memandang bahwa realita itu
bersifat universal, yang mana realita itu ada dimana dan sama di setiap
tempat (Noor Syam, 1983: 306).
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan
dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan
kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia
melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi
generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru
dalam pengawasan umat manusia.
Tiap realita sebagai substansi selalu cenderung bergerak dan
berkembang dari potensialitas menuju aktualitas (teknologi). Dengan demikian
gerakan tersebut mencakup tujuan dan terarah guna mencapai tujuan masing-masing
dengan caranya sendiri dan diakui bahwa tiap realita memiliki perspektif
tersendiri.
Kaitan aliran ini dengan pendidikan adalah pendidikan itu
tidak diselenggrakan secara terpusat melainkan secara universal. Mengingat
situasi dan kondisi disetiap tempat berbeda-beda. Diberlakukannya KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) juga merupakan pelaksanaan dari pandangan
ontology menurut rekronstruksionisme. Di sini setiap sekolah berhak menentukan
indicator sesuai dengan situasi, lingkungan, serta kebutuhan peserta didik.
Di dalam Pendidikan, pandangan ontologi secara praktis akan
menjadi masalah yang utama. Sebab anak bergaul dengan lingkungannya dan
mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Anak-anak, baik di
masyarakat maupun di sekolah selalu dihadapi realita, objek pengalaman, benda
mati, benda hidup dan sebagainya. Membimbing anak pada pengertian untuk
memahami realita dunia yang nyata ini dan membina kesadaran tentang kebenaran
yang berpangkal atas realita itu, adalah tahap pertama, sebagai stimulus untuk
menyelami kebenaran itu. Secara sistematis anak-anak telah dibina potensi
berpikir kritis untuk mengerti kebenaran itu. Kewajiban pendidik melalui latar
belakang ontologis ialah membina daya pikir yang tinggi dan kritis. Implikasi
pandangn ontologi di dalam pendiddikan ialah bahwa pengalaman manusia yang
harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya dan isinya dalam arti
sebagai pengalaman sehari-hari, melainkan sesuatu yang tak terbatas.