Matematika Diskret
Teori Bilangan
Yang dimaksud
dengan teori bilangan dalam Matematika Diskrit adalah teori mengenai bilangan
bulat dan sifat-sifatnya, dimana bilangan
yang dimakudkan adalah bilangan integer/bilangan bulat. Bilangan bulat adalah
bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, sebagai contoh disebutkan 1, 4,
7, 2010, -88 merupakan sekumpulan bilangan bulat/integer. Sedangkan lawan dari
bilangan bulat/integer adalah bilangan riil, yaitu bilangan yang memiliki titik
desimal, sebagai contoh 9.0, 26.5, 0.25.
Pada bagian ini
akan dijelaskan prinsip-prinsip teori bilangan, meliputi :
·
Keterbagian
(divisibility)
·
Pembagi
persekutuan terbesar (greatest common divisors/gcd)
·
Kelipatan
persekutuan terkecil (least common multiples/lcm), dan
·
Aritmetika
modular (modular arithmetics)
Sifat
Pembagian pada Bilangan Bulat
·
Misalkan a
dan b adalah dua buah bilangan bulat dengan syarat a ¹ 0. Kita menyatakan bahwa a habis membagi
b (a divides b) jika terdapat bilangan bulat c sedemikian sehingga b = ac.
·
Notasi:
a | b jika b = ac,
c Î
Z dan a ¹ 0. (Z = himpunan bilangan bulat)
·
Kadang-kadang
pernyataan “a habis membagi b“ ditulis juga “b kelipatan a”.
Contoh :
4 | 12 karena 124 = 3 (bilangan bulat)
4 | 13 karena 134 = 3.25 (bukan bilangan
bulat).
Rosen menyebutkan dalam
bukunya :
Teorema I
|
If
a and b are positif integer, then there exist integer s and t such that
gcd(a,b) = sa + tb
|
Dalam
penjabarannya dapat diasumsikan sebagai berikut :
Misalkan m dan n adalah dua buah bilangan bulat dengan syarat n>0 (Integer Positif).
Jika m dibagi dengan n maka terdapat dua buah bilangan bulat
unik q (quotient) dan r (remainder), sedemikian sehingga :
m = nq + r
dengan 0 £ r < n
Contoh :
Misal m = 2010 dan n = 44, maka :
2010 dibagi dengan 44 memberikan hasil 45 dengan sisa 30, dengan demikian :
q (quotient) = 45
dan r (remainder) = 30
Teori I yang disampaikan Rosen diatas dapat digunakan dalam menghitung PBB
(Pembagi Bersama Terbesar) atau disebut dengan gcd (Greatest common divisor). Dari teori I tersebut, Euclid
(matematikawan Yunani) telah menuliskan theorema untuk mencari gcd dari 2
integer, yang disebut dengan Theorema Euclidean.
Theorema Euclidean
1.
Jika n = 0 maka
m adalah PBB(m, n);
stop.
tetapi jika n
¹ 0,
lanjutkan ke langkah 2.
2.
Bagilah m dengan n dan misalkan r adalah
sisanya.
3.
Ganti nilai m dengan nilai n dan nilai n dengan
nilai r, lalu ulang kembali ke
langkah 1.
Contoh :
m = 80, n = 12 dan
dipenuhi syarat m ³ n
Sisa pembagian terakhir sebelum 0 adalah 4, maka PBB(80, 12) = 4.
Relatif Prima
Dua buah bilangan bulat a dan b dikatakan relatif prima
jika PBB(a, b) = 1.
Contoh :
20 dan 3 relatif prima sebab
PBB(20, 3) = 1
7 dan 11 relatif prima karena
PBB(7, 11) = 1
20 dan 5 tidak relatif prima
sebab PBB(20, 5) = 5 ¹ 1.
Jika a dan b relatif prima, maka terdapat bilangan bulat m
dan n sedemikian sehingga :
ma + nb = 1
Contoh :
20 dan 3 adalah relatif prima
karena PBB(20, 3) =1, atau dapat ditulis
2 . 20 + (–13) . 3 = 1 , à dengan m = 2 dan n
= –13.
20 dan 5 tidak relatif prima karena PBB(20, 5) = 5 ¹ 1 sehingga 20 dan 5 tidak dapat dinyatakan dalam m
. 20 + n . 5 = 1.
Aritmetika
Modulo
Misalkan a adalah bilangan
bulat dan m adalah bilangan bulat > 0. Operasi a mod m
(dibaca “a modulo m”) memberikan sisa jika a dibagi dengan
m.
a mod m
= r à a = mq + r, dengan 0 £ r < m
Bilangan
m disebut modulus atau modulo, dan hasil aritmetika modulo
m terletak di dalam himpunan {0, 1, 2, …, m – 1}
Contoh :
Beberapa hasil operasi dengan
operator modulo:
·
23 mod 5 = 3 à (23 = 5 × 4 + 3)
·
0 mod 12 = 0 à (0 = 12 × 0 + 0)
·
– 41 mod 9 = 4 à (–41 = 9 (–5) + 4)
·
– 39 mod 13 = 0 à (–39 = 13(–3) + 0)
Penjelasan :
Karena a negatif, bagi |a| dengan m mendapatkan sisa r’. Maka
a mod m = m
– r’ bila r’ ¹ 0.
à |– 41| mod 9 = 5,
à –41 mod 9 = 9 – 5 = 4.
Kongruen
Misalnya 38 mod 5 = 3 dan 13 mod
5 = 3, maka kita katakan 38 º 13 (mod 5) (baca: 38 kongruen
dengan 13 dalam modulo 5). Misalkan a
dan b adalah bilangan bulat dan m adalah bilangan > 0, maka :
a º b (mod m) , m habis membagi a
– b.
a º b (mod m) ßàa = b + km, k adalah bilangan bulat
a mod m
= r ßà a º r (mod m)
Jika a tidak kongruen
dengan b dalam modulus m, maka ditulis a º/ b (mod m)
.
Contoh :
17 º 2 (mod 3) à ( 3 habis
membagi 17 – 2 = 15)
–7 º 15 (mod 11) à (11 habis membagi –7 – 15 = –22)
12 º/ 2 (mod 7) à (7
tidak habis membagi 12 – 2 = 10 )
17 º 2 (mod 3) à 17
= 2 + 5 × 3
–7 º 15 (mod 11) à –7 = 15 + (–2)11
23 mod 5 = 3 à dapat
ditulis sebagai 23 º 3 (mod 5)
27 mod 3 = 0 à dapat
ditulis sebagai 27 º 0 (mod 3)
Teorema 2. Misalkan m adalah
bilangan bulat positif.
1. Jika a º b (mod m)
dan c adalah sembarang bilangan bulat maka
(i) (a + c) º (b + c) (mod m)
(ii) ac º bc (mod m)
(iii) ap º bp (mod m) untuk suatu bilangan bulat tak negatif p.
2. Jika a º b (mod m)
dan c º d (mod m),
maka
(i) (a + c) º (b + d) (mod m)
(ii) ac º bd (mod m)
Contoh :
Misalkan 17 º 2 (mod 3) dan 10 º 4 (mod 3), maka menurut
Teorema 2,
·
17 + 5 = 2 + 5 (mod 3) Û 22
= 7 (mod 3)
·
17 . 5 = 5 × 2 (mod 3) Û 85 = 10 (mod 3)
·
17 + 10 = 2 + 4
(mod 3) Û 27 = 6 (mod 3)
·
17 . 10 = 2 × 4 (mod 3) Û 170 = 8
(mod 3)
Perhatikanlah
bahwa Teorema 2 tidak berlaku operasi pembagian pada aritmetika modulo karena
jika kedua ruas dibagi dengan bilangan bulat, maka kekongruenan tidak selalu
dipenuhi. Misalnya:
·
10 º 4 (mod 3) dapat dibagi dengan 2
karena 10/2 = 5 dan 4/2 = 2, dan 5 º 2 (mod 3)
·
14 º 8 (mod 6) tidak dapat dibagi
dengan 2, karena 14/2 = 7 dan 8/2 = 4, tetapi
7 º/ 4 (mod 6).
Kekongruenan Lanjar (The Linier Congruences)
Kekongruenan lanjar adalah
kongruen yang berbentuk
ax º b (mod m)
m =
bilangan bulat positif
a dan b = bilangan bulat
x =
peubah bilangan bulat.
Nilai-nilai x dicari sebagai berikut:
ax = b + km atau
dengan k adalah sembarang bilangan bulat. k = 0, 1, 2, … dan k
= –1, –2, … yang menghasilkan x sebagai bilangan bulat.
Contoh :
Tentukan solusi: 4x º 3 (mod 9) dan 2x
º 3 (mod 4)
Penyelesaian:
·
4x º 3 (mod 9)
k = 0 à x = (3 + 0 × 9)/4 = 3/4 (bukan
solusi)
k
= 1 à x = (3 + 1 × 9)/4 = 3
k = 2 à x = (3 + 2 × 9)/4 = 21/4 (bukan solusi)
k
= 3, k = 4 tidak
menghasilkan solusi
k = 5 à x = (3 + 5 × 9)/4 = 12
…
k
= –1 à x = (3 – 1 × 9)/4 = –6/4 (bukan solusi)
k
= –2 à x = (3 – 2 × 9)/4 = –15/4 (bukan solusi)
k
= –3 à x = (3 – 3 × 9)/4 = –6
…
k
= –6 à x = (3 – 6 × 9)/4 = –15
…
Nilai-nilai
x yang memenuhi: 3, 12, … dan –6, –15, …
·
2x º 3 (mod 4)
Karena 4k
genap dan 3 ganjil maka penjumlahannya menghasilkan ganjil, sehingga hasil
penjumlahan tersebut jika dibagi dengan 2 tidak menghasilkan bilangan bulat.
Dengan kata lain, tidak ada nilai-nilai x yang memenuhi 2x º 3 (mod 5).
Balikan Modulo (modulo invers)
Teorema 3. Jika a dan m relatif prima dan m
> 1, maka kita dapat menemukan balikan (invers) dari a modulo m.
Balikan dari a modulo m adalah bilangan bulat sedemikian sehingga
a º 1 (mod m)
Contoh :
Tentukan balikan dari 17 (mod 7),
dan 18 (mod 10).
Penyelesaian:
·
Dari algoritma Euclidean diperoleh rangkaian pembagian berikut:
17 = 2 × 7 + 3 (i)
7 = 2 × 3 + 1 (ii)
3 = 3 × 1 + 0 (iii) (yang
berarti: PBB(17, 7) = 1) )
Karena PBB(17, 7) = 1, maka balikan dari 17 (mod 7) ada.
Susun (ii) menjadi:
1
= 7 – 2 × 3 (iv)
Susun (i) menjadi
3
= 17 – 2 × 7 (v)
Sulihkan (v) ke dalam (iv):
1
= 7 – 2 × (17 – 2 × 7) = 1 × 7 – 2 × 17 + 4 × 7 = 5 × 7 – 2 × 17
atau –2
× 17 + 5 × 7 = 1
Dari persamaan terakhir ini kita
peroleh –2 adalah balikan dari 17 modulo 7.
–2 × 17 º 1 (mod 7) (7 habis membagi –2 × 17 – 1 = –35)
·
Karena PBB(18, 10) = 2 ¹ 1, maka balikan dari 18
(mod 10) tidak ada.
Chinese Remainder Problem
Pada
abad pertama, seorang matematikawan China yang bernama Sun Tse mengajukan
pertanyaan sebagai berikut:
”Tentukan sebuah bilangan bulat yang bila dibagi dengan 5 menyisakan 3,
bila dibagi 7 menyisakan 5, dan bila dibagi 11 menyisakan 7”.
Pertanyaan Sun Tse dapat
dirumuskan kedalam sistem kongruen lanjar:
x º 3 (mod 5)
x º 5 (mod 7)
x º 7 (mod 11)
Teorema 4. (Chinese Remainder Theorem) Misalkan m1, m2, …, mn
adalah bilangan bulat positif sedemikian sehingga PBB(mi, mj)
= 1 untuk i ¹ j. Maka sistem kongruen lanjar
x
º ak
(mod mk) à k = 1, 2, 3,
...
mempunyai sebuah solusi unik modulo m = m1 × m2 × … × mn.
Contoh :
Tentukan solusi dari pertanyaan Sun Tse di atas.
x º 3 (mod 5)
x º 5 (mod 7)
x º 7 (mod 11)
Penyelesaian:
Menurut persamaan diatas,
kongruen pertama,
x º 3 (mod 5), à x = 3 + 5k1
untuk beberapa nilai k.
Sulihkan ini ke dalam kongruen
kedua menjadi,
x º 5 (mod 7), à 3 + 5k1 º 5 (mod 7)
à k1 º 6 (mod 7)
à k1 =
6 + 7k2 , untuk beberapa
nilai k2.
Jadi kita mendapatkan
x = 3 + 5k1
= 3 + 5(6 + 7k2)
yang mana memenuhi dua kongruen
pertama. Jika
x memenuhi kongruen yang ketiga, maka :
x º 7 (mod 11) à 33 + 35k2 º 7 (mod 11)
k2 º 9 (mod 11)
k2 = 9 + 11k3.
Sulihkan k2 ini
ke dalam kongruen yang ketiga menghasilkan :
x = 33 + 35k2
= 33 + 35(9 + 11k3)
º 348 + 385k3
(mod 11).
Dengan demikian, x º 348 (mod 385) yang
memenuhi ketiga konruen tersebut. Dengan kata lain, 348 adalah solusi unik
modulo 385. Catatlah bahwa 385 = 5 × 7 × 11.
Solusi unik ini mudah dibuktikan
sebagai berikut.
m = m1 × m2 × m3
= 5 × 7 × 11
= 5 × 77
= 11 × 35.
Karena 77 3 º 1 (mod 5), 55 × 6 º 1 (mod 7), dan 35 × 6 º 1 (mod 11), solusi unik
dari sistem kongruen tersebut adalah :
x
º 3 × 77 × 3 + 5 × 55 × 6 + 7 × 35 × 6 (mod 385)
º 3813 (mod 385) º 348 (mod 385)
Bilangan Prima
Bilangan bulat positif p (p
> 1) disebut bilangan prima jika pembaginya hanya 1 dan p. Contoh: 23
adalah bilangan prima karena ia hanya habis dibagi oleh 1 dan 23. Karena bilangan prima harus lebih besar dari
1, maka barisan bilangan prima dimulai dari 2, yaitu 2, 3, 5, 7, 11, 13, ….
Seluruh bilangan prima adalah bilangan ganjil, kecuali 2 yang merupakan
bilangan genap.
Bilangan selain prima disebut
bilangan komposit (composite). Misalnya 20 adalah bilangan
komposit karena 20 dapat dibagi oleh 2, 4, 5, dan 10, selain 1 dan 20 sendiri.
The Fundamental Theorem of Arithmetic
Setiap bilangan bulat positif yang lebih besar atau
sama dengan 2 dapat dinyatakan sebagai perkalian satu atau lebih bilangan
prima.
Contoh :
9
= 3 ´ 3 (2 buah faktor
prima)
100
= 2 ´ 2 ´ 5 ´ 5 (4 buah faktor prima)
13
= 13 (atau 1 ´ 13) (1 buah faktor prima)
Untuk menguji apakah n
merupakan bilangan prima atau komposit, kita cukup membagi n dengan
sejumlah bilangan prima, mulai dari 2, 3, … , bilangan prima £ Ön.
·
Bilangan Komposit à
n
habis dibagi dengan salah satu dari bilangan prima.
·
Bilangan Prima à
n
tidak habis dibagi oleh semua bilangan prima.
Contoh :
Tunjukkan
apakah 171 dan 199 merupakan bilangan prima atau komposit.
Penyelesaian:
·
Ö171 = 13.077.
Bilangan prima yang £ Ö171 adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13.
Karena 171 habis dibagi
3, maka 171 adalah bilangan komposit.
·
Ö199 = 14.107.
Bilangan prima yang £ Ö199 adalah 2, 3, 5, 7,
11, 13.
Karena 199 tidak habis dibagi 2, 3, 5, 7, 11, dan 13, maka 199 adalah
bilangan prima.
Terdapat metode lain yang dapat
digunakan untuk menguji keprimaan suatu bilangan bulat, yang terkenal dengan Teorema
Fermat. Fermat (dibaca “Fair-ma”) adalah seorang matematikawan Perancis pada tahun 1640.
Teorema 5 (Teorema
Fermat). Jika p adalah bilangan prima dan a adalah bilangan
bulat yang tidak habis dibagi dengan p, yaitu PBB(a, p) = 1, maka
ap–1 º 1 (mod p)
Contoh :
Kita
akan menguji apakah 17 dan 21 bilangan prima atau bukan. Di sini kita mengambil
nilai a = 2 karena PBB(17, 2) = 1 dan PBB(21, 2) = 1.
Untuk 17,
217–1 = 65536 º 1 (mod 17) à Bilangan Prima
karena 17 habis membagi
65536 – 1 = 65535 (6553517 = 3855).
Untuk 21,
221–1 =1048576
º\ 1 (mod 21) à Bilangan Komposit
karena 21 tidak habis membagi 1048576 – 1 = 1048575.
Pseudoprimes / Bilangan
Prima Semu
Kelemahan Teorema Fermat:
terdapat bilangan komposit n sedemikian sehingga
2n–1
º 1 (mod n).
Bilangan bulat seperti itu
disebut bilangan prima semu (pseudoprimes).
Misalnya komposit 341 (yaitu 341
= 11 × 31) adalah bilangan prima semu karena menurut teorema Fermat, 2340 º 1 (mod 341)
Contoh :
Periksalah bahwa 316 º 1 (mod 17) dan 186
º 1 (mod 49).
Penyelesaian:
·
Dengan mengetahui bahwa kongruen 33 º 10 (mod 17), kuadratkan
kongruen tersebut menghasilkan
31 º 3 º 3 (mod 17)
33 º 27 º 10 (mod 17)
…
Kuadratkan lagi untuk menghasilkan
312 º 4 (mod 17)
Dengan demikian, 316 º 312 × 33 × 3 º 4 × 10 × 3 º 120 º 1 (mod 17)
·
Caranya sama seperti penyelesaian (i) di atas:
182 º 324 º 30 (mod 49)
184
º 900 º 18 (mod 49)
186
º 184 × 182 º 18 × 30 º 540 º 1 (mod 49)
Fungsi Euler f
Fungsi Euler f medefinisikan f(n) untuk n
³ 1 yang menyatakan jumlah bilangan bulat positif < n yang relatif
prima dengan n.
Contoh :
Tentukan f(20).
Penyelesaian:
Bilangan bulat positif yang lebih
kecil dari 20 adalah 1 sampai 19. Di antara bilangan-bilangan tersebut,
terdapat f(20) = 8 buah yang relatif prima dengan 20, yaitu 1, 3, 7, 9, 11, 13, 17,
19.
Untuk n = 1, 2, …, 10,
fungsi Euler adalah
f(1) = 0 f(6) = 2
f(2) = 1 f(7) = 6
f(3) = 2 f(8) = 4
f(4) = 2 f(9) = 6
f(5) = 4 f(10) = 4
Jika n prima, maka setiap
bilangan bulat yang lebih kecil dari n relatif prima terhadap n.
Dengan kata lain, f(n) = n – 1 hanya
jika n prima.
Contoh :
·
f(3) = 2 à f(3) = 3 – 1 = 2 à 3 adalah bilangan prima
·
f(5) = 4 à f(5) = 5 – 1 = 4 à 5 adalah bilangan prima
·
f(7) = 6 à f(7) = 7 – 1 = 6 à 7 adalah bilangan prima
·
f(11) = 10 à f(11) = 11 – 1 = 10 à 11 adalah bilangan prima
·
f(13) = 12 à f(13) = 13 – 1 = 12 à 13 adalah bilangan prima
Jika n = pq adalah bilangan komposit
dengan p dan q prima, maka
f(n) = f(p) f(q) = (p – 1)(q – 1).
Contoh :
Tentukan
f(21).
Penyelesaian:
Karena 21 = 7 × 3, maka :
f(21) = f(7) f(3) = 6 × 2 = 12
Terdapat 12 buah bilangan bulat
yang relatif prima terhadap 21, yaitu
1, 2, 4, 5, 8, 10, 11, 13, 14, 17, 19, 20.
Jika p bilangan prima dan k > 0, maka
f(pk) = pk
– pk-1 = pk-1(p
– 1) .
Contoh :
Tentukan f(16).
Penyelesaian:
Karena f(16) = f(24) = 24
– 23 = 16 – 8 = 8,
maka ada delapan buah bilangan
bulat yang relatif prima terhadap 16, yaitu
1, 3, 5, 7, 9, 11, 13.
Euler’s generalization of Fermat theorem
Jika PBB(a, n) = 1, maka
af(n)
mod n = 1 (atau af(n)
º 1 (mod n) )
Betway to launch online gaming in South Africa - Jtmhub.com
BalasHapusOnline 세종특별자치 출장안마 gambling and the legal gambling industry are rapidly expanding in 과천 출장마사지 South 성남 출장마사지 Africa as Betway online 밀양 출장안마 casinos 통영 출장안마 are now widely available in South Africa